Jumat, 03 Agustus 2012

Nyatalah Hidup Itu Hanya Mengulang Tema


Kehidupan manusia didunia ini bertemakan dengan bakti atau pengabdian diri kepada sang pencipta, dari zaman dulu hingga zaman sekarang ini tema kehidupan itu tetap saja menjadi tema kehidupan manusia. Pengabdian banyak ditunjukkan dengan berbagai macam wajah dengan berbagi macam tujuan pula, maka telah jelaslah pengabdian menjadi dasar dalam kehidupan manusia. Dari hari kehari, waktu kewaktu dan hal kecil lainnya, selalu saja manusia lakukan berulang kali, yang berbeda hanya ruang dan waktu.

Hebatnya manusia tak pernah bosan untuk mengulang tema ini, dan sudah dijadikan takdir untuk menjadi sebuah kultur dalam perjalanannya. Pengulangan tema ini bukan tanpa tujuan yang jelas, ia akan selalu di ulang demi sebuah hasil yang memuaskan menurut hatinya dan keyakinannya. Ada sesuatu yang telah dijanjikan. Hanya ada dua pilihan baik dan buruk. Satu teman yang tak bisa dipisahkan dalam  kehidupan yakni kematian. Ia selalu bertolak belakang dan tak akan pernah akrab dan tak akan pernah bertemu keduanya. Kehidupan ada, maka kematian bersembunyi entah dimana dengan waktu yang telah ditentukan. Lalu kematian itu muncul maka kehidupan melarikan diri dan menghilang tanpa mau bertemu dengan kematian.

Kehidupan dan kematian setiap saat selalu mengulang dalam kehidupan manusia, ia akan selalu begitu, tak pernah akur. Hidup dan mati memberikan banyak arti bagi manusia. Kematian adalah mengevaluasi kehidupan, sedangkan kehidupan adalah memaknai sebuah kematian.

Kehidupan seperti huruf abjad yang dihitung dari awal hingga akhir dan kembali lagi ke awal kemudian hingga akhir. Kehidupan itu a, b, c, d. Diciptakan, dilahirkan, dihidupkan kemudian dimatikan. Kembali semua itu berulang dan terus berulang. Dengan pengabdian hidup dan mati dapat bermakna dan dimaknai. Jelas dalam hidup ini sadar atau tanpa disadari setiap hari manusia hanya mengulang tema hidup-mati ditengah-tengahnya pegabdian, inilah batas dengan adanya batasnya itulah kehidupan manusia dengan amat singkat ini sayang untuk tidak dimaknai.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar